Minggu, 24 Nov 2024
Home
Search
Menu
Share
More
atsariyyah pada Hadis
23 Jun 2024 10:32 - 2 menit reading

Hadis: Jihad Terbesar adalah Jihad Melawan Hawa Nafsu

Tanya:
Hadiss tentang jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu. Apakah hadits itu shohih ?
Aswin
Karawang, Jawa Barat

Jawab:
Ibnu Rajab berkata dalam Jami’ul Ulum: “Diriwayatkan secara marfu’ dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah, dengan lafazh:
قَدِمْتُمْ مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ قَالُوْا وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ قَالَ مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ لِهَوَاهُ
“Kalian datang dari jihad kecil menuju jihad besar. (Mereka) berkata : “Apakah jihad besar itu ?”. beliau menjawab : “Jihadnya seorang hamba melawan hawa nafsunya.”
Abu Bakr Asy-Syafii meriwayatkan hadis ini dalam al-Fawaid al-Muntaqah, juga al-Baihaqi dalam al-Zuhd, al-Khatib dalam Tarikh-nya, dan Ibnul Jauzy dalam Dzammul Hawa. Ibnu Rajab menyebutkan bahwa al-Baihaqi, al-Iraqi dalam Takhrij al-Ihya`, dan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrij al-Kasysyaf, semuanya menyatakan bahwa hadis ini lemah (dhaif).
Adapun lafaz yang biasa kita dengar dari banyak penceramah:

رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ جِهَادُ النَّفْسِ

“Kita kembali dari jihad yang lebih kecil menuju jihad yang terbesar (yaitu) melawan hawa nafsu”.
Ibnu Taimiah rahimahullah berkata dalam Majmu’ al-Fatawa, “Lafazh ini tidak asalnya, dan tidak seorangpun ahli hadis yang meriwayatkannya. Jihad melawan orang kafir termasuk amalan yang agung, bahkan ia merupakan amalah sunnah yang paling utama.”
Muhammad Amr bin Abdil Lathif rahimahullah juga menyatakan hal yang sama, dalam Tabyidh al-Shahifah bi Ushul al-Ahadits al-Dha’ifah.

Asal lafaz ini adalah ucapan Ibrahim bin Abi Ablah, sebagaimana tersebut dalam biografi beliau dari kitab Tahdzibul Kamal dan Siyar A’lam al-Nubala. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tasdidul Qaus -sebagaimana dalam Kasyful Khafa– berkata, “Lafazh ini masyhur di tengah masyarakat, namun ia adalah ucapan Ibrahim bin Abi Ablah dalam Al-Kuna karya al-Nasai.”
Muhammad Amr bin Abdil Lathif rahimahullah menyebutkan bahwa Ibnu Asakir meriwayatkan ucapan Ibrahim bin Abi Ablah ini dengan al-Nasai, dan beliau menyatakan bahwa sanadnya hasan. Wallahu A’lam.
[Disarikan dari majalah An-Nashihah edisi 7]

Kesimpulan:
Hadis dengan lafaz pertama berstatus dhaif (lemah) dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, namun sahih dari ucapan Ibrahim bin Abi Ablah, dengan lafaz kedua.
Simak artikel lain dalam Kategori Hadis.