Rabu, 23 Okt 2024
Home
Search
Menu
Share
More
atsariyyah pada Hadis Sirah dan Kisah
30 Jun 2024 00:16 - 9 menit reading

4 Orang yang Berbicara Ketika Masih Bayi

Tanya:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz yang ingin tanya tentang kisah bayi yang dapat berbicara selain Nabi Isa Alaihissalam, saya ingin tahu seperti apa kisahnya dan bagaimana dengan tingkat keshahihan hadits tersebut.
Jazakallahu khairan.
Dedy
xxxxxxx@yahoo.co.id

Jawab:
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Sepanjang pengetahuan kami, ada 4 manusia yang sudah bisa berbicara ketika masih bayi, yaitu:

  1. Isa bin Maryam alaihissalam.
  2. Bayi dalam kisah Juraij si ahli ibadah.
  3. Bayi yang sementara menyusu kepada ibunya.
  4. Yang akan dilempar ke dalam api.

Adapun 3 bayi yang pertama, mereka tersebut dalam hadis Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ: عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ وَكَانَ جُرَيْجٌ رَجُلًا عَابِدًا فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً فَكَانَ فِيهَا فَأَتَتْهُ أُمُّهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَانْصَرَفَتْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَانْصَرَفَتْ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ يَا جُرَيْجُ فَقَالَ أَيْ رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ فَقَالَتْ اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى يَنْظُرَ إِلَى وُجُوهِ الْمُومِسَاتِ فَتَذَاكَرَ بَنُو إِسْرَائِيلَ جُرَيْجًا وَعِبَادَتَهُ وَكَانَتْ امْرَأَةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بِحُسْنِهَا فَقَالَتْ إِنْ شِئْتُمْ لَأَفْتِنَنَّهُ لَكُمْ قَالَ فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا فَأَتَتْ رَاعِيًا كَانَ يَأْوِي إِلَى صَوْمَعَتِهِ فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَقَعَ عَلَيْهَا فَحَمَلَتْ فَلَمَّا وَلَدَتْ قَالَتْ هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ فَقَالَ مَا شَأْنُكُمْ قَالُوا زَنَيْتَ بِهَذِهِ الْبَغِيِّ فَوَلَدَتْ مِنْكَ فَقَالَ أَيْنَ الصَّبِيُّ فَجَاءُوا بِهِ فَقَالَ دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ فَصَلَّى فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَى الصَّبِيَّ فَطَعَنَ فِي بَطْنِهِ وَقَالَ يَا غُلَامُ مَنْ أَبُوكَ قَالَ فُلَانٌ الرَّاعِي قَالَ فَأَقْبَلُوا عَلَى جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ وَقَالُوا نَبْنِي لَكَ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ لَا أَعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ فَفَعَلُوا
وَبَيْنَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ ابْنِي مِثْلَ هَذَا فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ قَالَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ فَجَعَلَ يَمُصُّهَا قَالَ وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ وَهِيَ تَقُولُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ فَقَالَتْ أُمُّهُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهَا فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا فَهُنَاكَ تَرَاجَعَا الْحَدِيثَ فَقَالَتْ حَلْقَى مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهُ فَقُلْتَ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ وَمَرُّوا بِهَذِهِ الْأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ سَرَقْتِ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهَا فَقُلْتَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا قَالَ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّارًا فَقُلْتُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ وَإِنَّ هَذِهِ يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ وَلَمْ تَزْنِ وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا

“Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi:
(Pertama:) Isa bin Maryam

(Kedua:) bayi dalam kisah Juraij.” Juraij adalah seorang lelaki ahli beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat tersebut. Ketika sedang melaksanakan salat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Juraij bertanya dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan salatku ataukah memenuhi panggilan ibuku? ‘ Akhirnya ia pun meneruskan salatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.

Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan salat sunnah. Kemudian ibunya memanggilnya; ‘Hai Juraij!‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku?‘ Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan salat sunnah. Seperti biasa, ibunya memanggil; ‘Hai Juraij! ‘ Juraij berkata dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan salatku ataukah memenuhi seruan ibuku? ‘ Namun Juraij tetap meneruskan salatnya dan mengabaikan seruan ibunya.

Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya. Tak lama kemudian, ibunya berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, janganlah Engkau wafatkan Juraij sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!‘ Sementara itu, Bani Israil berbincang tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur cantik berkata: ‘Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: ‘Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang pengembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil.

Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; ‘Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij.’ Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat menjadi marah dan benci kepada Juraij. Mereka mendatangi rumah peribadatan Juraij lalu menghancurkannya. Selain itu, mereka juga main hakim sendiri terhadap Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya. Akhirnya Juraij bertanya: ‘Mengapa kalian melakukan hal ini kepadaku? ‘ Mereka menjawab; ‘Kami melakukannya karena kamu telah berzina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi karenamu.’ Juraij berseru; ‘Dimanakah bayi itu?‘

Mereka membawa bayi itu lalu Juraij mengerjakan salat, kemudian menyentuh perut bayi itu dengan jarinya, seraya bertanya; ‘Hai bayi, siapakah sebenarnya ayahmu?‘ Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; ‘Ayah saya adalah si fulan, seorang pengembala.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Akhirnya mereka bersegera mendekati Juraij dan mengelus-ngelus tubuhnya. Mereka kemudian berkata; ‘Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu dengan emas.’ Namun Juraij menolak dan berkata; ‘Tidak usah, kembalikan saja rumah ibadahku seperti semula, yang terbuat dari tanah liat.’ Akhirnya mereka mulai membangun kembali rumah ibadah itu seperti semula.

Bayi ketiga: Ada seorang bayi sedang menyusu kepada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang gagah dan berpakaian yang bagus berlalu. Ibu bayi tersebut berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki itu!‘ Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu memandang laki-laki tersebut, lalu berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Setelah itu, bayi tersebut kembali menyusu kepada ibunya. Abu Hurairah berkata; ‘Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperagakan susuan bayi itu dengan cara menghisap jari telunjuk beliau.’

Setelah itu, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli seorang wanita, mereka berkata; ‘Kamu wanita tidak tahu diuntung. Kamu telah berzina dan mencuri.’ Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; ‘Hanya Allah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolong.’ Kemudian ibu bayi itu berkata; ‘Ya Allah, jangan Engkau jadikan anakku seperti wanita itu!‘ Tiba-tiba bayi tersebut berhenti menyusu, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya!‘

Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya; ‘Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu kamu berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! Kemudian tadi, ketika ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ‘ Tetapi kamu malah berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!

Mendengar pernyataan ibunya itu, sang bayi pun menjawab; ‘Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang yang sombong hingga aku mengucapkan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita saleh, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sementara bayi keempat tersebut dalam hadits Shuhaib bin Sinan radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِي السَّاحِرُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتْ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمْ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِيَ النَّاسُ فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنْ ابْتُلِيتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّي قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِي قَالَ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلَامِ فَجِيءَ بِالْغُلَامِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَيْ بُنَيَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِيءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِالْغُلَامِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَرَجَفَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِي قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاقْذِفُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَانْكَفَأَتْ بِهِمْ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِي حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِي عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِي ثُمَّ ضَعْ السَّهْمَ فِي كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ ارْمِنِي فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِي فَجَمَعَ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِي كَبْدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِي صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي صُدْغِهِ فِي مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ فَأُتِيَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ فَأَمَرَ بِالْأُخْدُودِ فِي أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلَامُ يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ

“Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang memiliki tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah tua, ia berkata kepada rajanya: ‘Aku sudah tua, kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.’ Maka Raja mengirim seorang pemuda datang padanya, dan mengajarkan sihir kepada pemuda itu. Antara rumah anak muda itu dengan rumah tukang sihir terdapat seorang rahib. Si pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar pengajarannya. Ia kagum akan pengajaran si rahib itu, namun ketika datang ke penyihir pasti ia dipukul karena terlambat datang. Pemuda itu mengeluhkan hal itu kepada si rahib, lalu rahib menasehatinya: ‘Bila kamu terlambat dan tukang sihir akan memukulmu, katakan: ‘Keluargaku menahanku,‘ dan bila kau takut pada keluargamu, katakan: ‘Si tukang sihir menahanku.’

Pada suatu hari ia mendapati sebuah hewan besar yang menghalangi jalanan orang-orang. Ia berkata, ‘Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah si rahib.’ Ia mengambil batu lalu berkata: ‘Ya Allah, bila ajaran si rahib lebih Engkau sukai dari pada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini agar orang-orang bisa lewat.’ Ia langsung melemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya, sehingga orang-orang bisa lewat. Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib. Si rahib berkata: ‘Anakku, saat ini engkau sudah lebih baik dariku, dan derajatmu telah sampai pada keadaan engkau akan mendapat siksaan. Jika engkau mendapat siksaan jangan berkata apa-apa tentang aku.’

Selanjutnya, pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, penyakit sopak, dan berbagai penyakit lainnya. Kemudian, ada buta yang dekat dengan raja mendengar kehebatan anak muda ini. Ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, lalu berkata: ‘Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan semua yang aku bawah ini.’ Pemuda itu berkata: ‘Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang menyembuhkan hanyalah Allah. Bila engkau beriman kepada-Nya, aku akan berdoa agar Dia berkenan menyembuhkanmu.’ Teman raja itu pun beriman, lalu si pemuda itu berdoa kepada Allah, dan ia berhasil sembuh. Orang itu kemudian mendatangi raja, lalu duduk di dekatnya. Si raja berkata: ‘Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu?‘ Orang itu menjawab: ‘Rabbku.’ Si raja berkata: ‘Kau punya Rabb selainku? ‘ Orang itu berkata: ‘Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.’

Si raja menangkapnya lalu menyiksanya, hingga ia menunjukkan pemuda itu, lalu pemuda itu didatangkan, Raja berkata: ‘Hai anakku, sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, sopak, dan kehebatan-kehebatan lainnya.’ Pemuda itu berkata: ‘Bukan aku yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanya Allah.’ Si raja menangkapnya dan terus menyiksanya, sampai ia menunjuk kepada si rahib. Si rahib lalu didatangkan dan diancam: ‘Tinggalkan agamamu.’ Si rahib tidak mau, lalu si raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya. Ia lalu digergaji sampai terbelah menjadi dua.

Setelah itu teman si raja didatangkan dan dikatakan padanya: ‘Tinggalkan agamamu.’ Dia tidak mau, lalu si raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya. Ia lalu digergaji sampai terbelah menjadi dua. Setelahnya, pemuda itu didatangkan lalu diancam: ‘Tinggalkan agamamu.’ Pemuda itu tidak mau. Si raja kemudian berkata kepada sekelompok tentaranya: ‘Bawa dia ke gunung ini sampai ke puncaknya, bila ia mau meninggalkan agamanya, bebaskan dia, dan bila tidak mau, lemparkan ia dari puncak gunung itu.’ Mereka membawanya ke puncak gunung, lalu pemuda itu berdoa: ‘Ya Allah, lindungilah aku dari mereka sesuai kehendak-Mu.’ Gunung kemudian berguncang sampai mereka semua jatuh kecuali pemuda itu.

Pemuda itu kembali hingga tiba dihadapan raja. Raja bertanya: ‘Mana tentara-tentaraku?‘ Pemuda itu menjawab: ‘Allah melindungiku dari mereka.’ Lalu si raja berkata kepada sekelompok tentaranya: ‘Bawa ia ke tengah laut. Bila ia mau meninggalkan agamanya, bebaskan dia, dan bila ia tidak mau, lemparkan ia ke laut.’ Mereka membawanya ke tengah laut, lalu pemuda itu berdoa: ‘Ya Allah, lindungilah aku dari mereka sesuai kehendakmu.’ Perahunya tiba-tiba terbalik, dan mereka semua tenggelam kecuali pemuda itu.

Pemuda itu pulang hingga tiba di hadapan raja, raja bertanya: Mana tentara-tentaraku?‘ Pemuda itu menjawab: ‘Allah melindungiku dari mereka.’ Pemuda itu kemudian berkata: ‘Kamu tidak akan bisa membunuhku kecuai engkau mengikuti cara yang aku sebutkan.‘ Raja bertanya: ‘Bagaimana caranya?‘ Pemuda itu berkata: ‘Kumpulkan semua orang di tanah lapang, lalu saliblah aku pada batang korma. Ambil anak panah dari sarung panahku, ucapkan: ‘Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini,’ lalu lepaskan anak panah kepadaku. Bila kau melakukannya kau pasti bisa membunuhku.’ Akhirnya si raja mengikuti cara tersebut. Ia meletakkan anak panah di busur, lalu melesakkannya seraya berkata: ‘Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.’ Anak panah dilesakkan ke pelipis pemuda itu, lalu pemuda meletakkan tangannya dit empat panah menancap, kemudian mati.

Semua masyarakat yang menyaksikan itu sontar berteriak: ‘Kami beriman dengan Rabb pemuda itu. Kami beriman dengan Rabb pemuda itu.’ Kemudian dikatakan kepada raja: ‘Apa yang anda khawatirkan, demi Allah kini telah terjadi, semua masyarakat sudah beriman.’ Si raja kemudian memerintahkan membuat parit di jalanan, kemudian disulut api. Raja berkata: ‘Siapa pun yang tidak mau meninggalkan agamanya, bakar id di dalamnya.’ Mereka lalu melakukannya, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini awalnya hendak mundur agar tidak terjatuh dalam kubangan api. Namun si bayi berkata: ‘Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.“ (HR. Muslim)

Simak artikel terkait dengan hadis pada Kategori Hadis.